Meski Sibuk, Usahakan Rajin Olah Raga
Menurut dr. Cut saat ditemui dalam peringatan Hari Ginjal Sedunia di kawasan Jakarta Selatan, pada Rabu (13/3/2019) menyampaikan bagi pekerja yang tidak memiliki waktu luang untuk berolahraga, pastikan dalam satu minggu ada 2 hari libur (seperti akhir pekan) untuk berolahraga.
Dr. Cut juga menambahkan usahakan di akhir pekan menjadi seorang weekend warrior untuk membayar waktu olahraga setara 10.000 langkah perhari, jadi jangan sampai tidak berolahraga karena sibuk bekerja, setidaknya berjalan kaki atau menggunakan tangga di kantor.
Tetap CERDIK demi kesehatan tubuh dengan selalu menerapkan perilaku gaya hidup CERDIK agar terhindar dari penyakit.
Hari Ginjal Sedunia 2019
Hari Ginjal Sedunia (World Kidney Day) kembali diperingati di seluruh dunia dengan mengusung tema “Kidney Health for Everyone Everywhere” atau “Ginjal sehat untuk setiap orang dimana saja”. Seruan untuk meningkatkan kesehatan ginjal bagi siapa saja dan dimana saja ini juga dilakukan di Indonesia, kali ini menitikberatkan pada pencegahan penyakit serta meningkatkan akses untuk layanan kesehatan ginjal.
Akses layanan yang belum merata di seluruh Indonesia juga menjadi salah satu permasalahan utama dalam penanggulangan PGK. Hal ini tentu saja memerlukan perhatian dari berbagai pihak, baik pemerintah, sektor swasta,dan peran serta seluruh masyarakat.
dr. Aida Lydia, PhD., Sp.PD-KGH, Ketua Umum PB Perhimpunan Nefrologi Indonesia (PB PERNEFRI) dalam konferensi pers hari ini mengatakan, saat ini diperkirakan sekitar 10% penduduk dunia menderita PGK. Prevalensi PGK cenderung lebih tinggi di negara berkembang. Di Asia Tenggara, prevalensi PGK sangat beragam, antara lain di Malaysia sekitar 9,1%, di Thailand 16,3%. Angka ini tidak jauh berbeda dengan yang dilaporkan Prodjosudjadi W. (2006) dimana prevalensi PGK di Indonesia saat itu adalah 12,5%. Sehingga perkiraan kejadian PGK saat ini mungkin jauh lebih tinggi dari data Riskesdas 2018.
"PGK dapat berkembang menjadi suatu gagal ginjal tahap akhir jika tidak tertangani dengan baik, dan menyebabkan berbagai komplikasi bahkan kematian," katanya, Rabu (13/3).
Menurutnya, Jika seseorang memasuki stadium akhir dari penyakit ginjalnya, maka ia akan membutuhkan suatu terapi pengganti ginjal diantaranya hemodialisis, peritoneal dialisis atau transplantasi ginjal.
Data Indonesian Renal Registry (IRR) tahun 2017, menunjukkan jumlah pasien aktif yang menjalani hemodialisis sebanyak 77,892 orang, sementara pasien baru adalah 30,843 orang, 59% diantaranya mengenai usia produktif 45-64 tahun. Dampak ekonomi yang ditimbulkan demikian besar. Pada tahun 2017 JKN menghabiskan dana untuk pasien gagal ginjal dengan pembiayaan sebesar 2,25 T yang merupakan pengeluaran nomor tiga tertinggi setelah penyakit jantung dan kanker.”
Tentang faktor risiko dan pencegahan dari penyakit ini, ia mengatakan, ada beberapa faktor risiko PGK seperti diabetes, penyakit darah tinggi (hipertensi), kegemukan (obesitas), glomerulonefritis, penyakit autoimun, merokok, dan lain-lain. Data yang masih terbatas pada IRR tahun 2017 menunjukkan penyebab terbanyak gagal ginjal di Indonesia adalah hipertensi (36%) dan diabetes (29%).
Pencegahan PGK dapat dilakukan melalui pencegahan primer dan sekunder. Pencegahan primer yaitu program skrining yang bertujuan untuk mendeteksi masyarakat yang berisiko terkena penyakit ginjal. Sedangkan pencegahan sekunder dimaksudkan untuk mencegah para penderita PGK mengalami penurunan fungsi ginjal yang lebih berat lagi, sehingga dapat mengurangi jumlah pasien yang harus menjalani terapi pengganti ginjal.”
Dia menambahkan, penatalaksanaan penyakit ginjal yang ideal hendaknya bersifat terintegrasi mulai dari promotif preventif, diagnosis dan terapi dini, penatalaksanaan gagal ginjal dengan terapi pengganti ginjal, sampai ke rehabilitasi dan terapi paliatif. Namun yang paling penting adalah mengajak masyarakat untuk ikut berperan aktif memerangi bahaya penyakit ginjal.